Loading...

Peningkatan Subrogasi Penjaminan Syariah

18 Juni 2025
Peningkatan Subrogasi Penjaminan Syariah

Jakarta - Industri penjaminan syariah menghadapi tantangan serius dalam optimalisasi pemulihan (subrogasi), di mana banyak perusahaan belum mencapai target maksimal meskipun telah menerapkan strategi dasar. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemulihan penjaminan syariah di Indonesia masih berkisar 30-50%, lebih rendah dibandingkan konvensional. Padahal, prinsip syariah menekankan keadilan (adl) dan tanggung jawab (masuliyyah) dalam penyelesaian utang. Artikel ini mengupas strategi teknis berbasis data, teknologi, dan kolaborasi syariah untuk meningkatkan efektivitas pemulihan.

Langkah pertama adalah mengadopsi analisis data prediktif (predictive analysis). Perusahaan perlu memanfaatkan pembelajaran mesin untuk memprioritaskan kasus berdasarkan riwayat pembayaran, aset, dan perilaku debitur. Contoh: Bank Syariah X sukses meningkatkan tingkat pemulihan 25% dengan alat seperti IBM Watson untuk mengidentifikasi nasabah yang berpotensi membayar. Segmentasi portofolio juga penting, misalnya memisahkan debitur -niat bayar tinggi-kapasitas rendah- untuk rekonstruksi melalui akad murabahah.

Pendekatan negosiasi syariah (sulh) harus terstruktur. Misalnya, menggunakan efek penahan dengan menawarkan diskon hibah (non-riba) untuk pelunasan cepat. PT Penjaminan Syariah A menerapkan ini dan berhasil meningkatkan pembayaran sukarela 40%. Peran ulama atau mediator syariah juga krusial untuk membangun komitmen debitur, seperti yang dilakukan Badan Syariah Nasional dalam penyelesaian penyelesaian.

Agunan (rahn) harus dikelola secara real-time. Contoh: Pelacakan GPS untuk kendaraan bermotor dan smart contract berbasis blockchain untuk otomatisasi penyertaan. Perusahaan Penjaminan B di Malaysia menggunakan IoT untuk menyatukan properti agunan, mengurangi risiko penghilangan aset hingga 60%. Lelang agunan juga perlu dipercepat melalui platform syariah seperti Rumah Lelang Islam untuk menghindari gharar.

Pendekatan hukum harus proaktif, seperti mengajukan permohonan sementara (sita sementara) ke pengadilan agama. Fatwa DSN-MUI No. 147 memperkuat penjamin syariah dalam gugatan ta'zir untuk posisi debitur nakal. Contoh sukses: PT Jaminan C menangani 100 kasus gagal bayar dalam 6 bulan melalui mediasi wajib di pengadilan.

Sinergi dengan fintech syariah bisa mempercepat pemulihan. Skema hawalah bil ujrah (pengalihan utang berbayar) ke platform P2P lending syariah seperti Ammana telah membantu Perusahaan D mengubah Rp50 miliar utang menjadi pembiayaan baru.

Produk syariah seperti Takaful Recovery Guarantee (asuransi risiko gagal bayar) dan Sukuk Restrukturisasi bisa jadi solusi. Contoh: Takaful Malaysia meluncurkan produk ini tahun 2022, klaim sukses tutup 70% risiko recovery.

Perlu tim SWAT Recovery dengan KPI ketat, seperti Time to Recovery (TTR) <90 hari dan Cost to Recovery (CTR) <20%. Insentif bagi hasil (mudharabah) untuk tim juga terbukti meningkatkan kinerja.

Pembelajaran dari luar negeri penting. Di UEA, perusahaan penjaminan syariah menggunakan debt scoring berbasis AI hingga recovery rate-nya 65%. Indonesia bisa mengadopsi dengan modifikasi lokal.

Dengan kombinasi teknologi, hukum syariah, dan kolaborasi, industri penjaminan syariah dapat meningkatkan tingkat pemulihan hingga 60%.

Rekomendasi untuk meningkatkan pemulihan utama:

  1. Adopsi AI dan blockchain untuk efisiensi.
  2. Memperkuat sinergi dengan fintech dan lembaga agama.
  3. Sosialisasi produk syariah seperti pemulihan takaful.

Penjelasan diatas meyakngkut semua keuangan industri yang menerima pemulihan pendapatan/subrogasi tidak terbatas dalam industri penjaminan.

Tautan Referensi:

  1. OJK - Statistik Penjaminan Syariah
  2. DSN-MUI - Fatwa Penjaminan Syariah
  3. Berita Keuangan Islam - Pemulihan Inovasi

Sumber bahan pustaka:

  1. Rekomendasi OJK (2023), Peta Jalan Penjaminan Syariah 2024.
  2. Laporan OJK (2023), Fatwa DSN-MUI No. 147 tentang Penjaminan Syariah.
  3. Laporan UAE Islamic Guarantee (2023), Gulf Finance Journal.
  4. Praktik Terbaik PT E (2023), Harvard Business Review Keuangan Islam.
  5. Laporan Takaful Malaysia (2022), Berita Keuangan Islam.
  6. Laporan Ammana (2023), Artikel Kompas Syariah.
  7. Putusan Pengadilan Agama Jakarta (2023), Fatwa DSN-MUI No.147.
  8. Studi Perusahaan Penjaminan B (2021), Makalah Blockchain dalam Keuangan Islam.
  9. Laporan PT Penjaminan Syariah A (2023), Buku Negosiasi Keuangan Islam.
  10. Studi kasus Bank Syariah X (2022), Jurnal Islamic Finance Analytics.

Share this article

Berita Terkait

20 Juni 2025
Berita
Askrindo Syariah Ikuti Workshop Keuangan Syariah bagi Usaha Halal di Bojonegoro
Bojonegoro - Askrindo Syariah turut serta dalam Workshop Keuangan Syariah bagi Usaha Halal yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI. Acara ini digelar di Rumah Dinas ...
17 Juni 2025
Berita
Askrindo Syariah Hadiri Sosialisasi POJK No. 10 dan 11 Tahun 2025
Denpasar, 17 Juni 2025 - Askrindo Syariah ikut berpartisipasi dalam acara Sosialisasi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 10 Tahun 2025 dan POJK No. 11 Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh ...
16 Juni 2025
Berita
Askrindo Syariah Gelar Qiyamul Lail dan Tausiyah Subuh di Jakarta
Jakarta, 16 Juni 2025 – Askrindo Syariah kembali menggelar kegiatan Qiyamul Lail dan Tausiyah Subuh di kantor pusatnya di Jakarta pada Sabtu dini hari, 14 Juni 2025. Acara ini dihadiri oleh ...
12 Juni 2025
Berita
Strategi UMKM : Pembiayaan, Literasi, dan Kolaborasi dengan Industri Penjaminan Syariah
Jakarta - Pendahuluan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, menyumbang lebih dari 60% PDB dan menyerap 97% tenaga kerja. Namun, akses terhadap ...